Blog

Malam ini, Ahmad bermimpi. Mimpi yang sangat mengerikan. Di dalam mimpinya, ia merasa sedang menuju ke hutan belantara. Hutan tak bertuan yang belum pernah ia kenali sebelumnya. Ketika ia masuk ke hutan belantara itu, tiba-tiba tampaklah olehnya seekor singa yang buas. Begitu melihat dirinya, singa itu berlari mengejarnya. Seringai taringnya yang mengerikan nampak keluar dari mulutnya. Maka tak ada pilihan lain, berlarilah Ahmad sekencang-kencangnya. Nafasnya memburu terengah-engah. Kakinya mulai letih. Sementara singa itu tampak semakin mendekat.

Lalu didapatinya di ujung hutan ada sebuah sumur tua yang tak terpakai. Tanpa pikir panjang ia melompat mencebur ke dalamnya. Ia menoleh ke atas. Tampak singa itu masih tak mau pergi dari lubang sumur. Ketika ia sedang sedikit rileks menikmati keberhasilannya menghindari kejaran singa, tiba-tiba ia merasa ada sesuatu menyentuh kakinya yang tenggelam ke dalam air. Betapa terkejutnya bahwa ternyata yang menyentuh kakinya itu adalah kepada seekor ular yang besar.

Ahmad berteriak, berusaha menghindar. Lalu samar-samar dilihatnya ada tali yang tergantung di dalam sumur. Di manakah ujung tali itu? Bisakah ia menitinya? Ia bergegas mendekati tali itu. Tapi sebelum ia sempat meraih tali itu, tampak dua ekor tikus berlari meniti tali itu. Tikus yang satu berwarna hitam, yang satunya berwarna putih.

“Ah, aku pasti bisa mengikutinya,” bisik Ahmad dalam hati.

Ia segera melompat berpegangan pada tali itu. Ia merambat naik, mengikuti dua tikus hitam putih itu. Pelan-pelan ia mulai melihat ke bibir sumur. Dilihatnya di sana, singa buas tadi masih menyeringai mengerikan. Sementara di bawahnya, ular besar tadi selalu mengancam dengan mulutnya yang menganga lebar. Begitu ia mulai merambat naik, tali sumur itu bergoyang-goyang, ke kiri dan ke kanan. Sehingga yang terjadi kemudian, tubuhnya yang letih itu membentur-bentur ke dinding sumur. Semakin ke atas, semakian keras benturan itu.

Tapi ternyata sesuatu terjadi. Akibat benturan itu, Ahmad baru sadar bahwa dinding sumur itu penuh dengan madu yang dihasilkan oleh lebah. Ahmad mencoba meminumnya sedikit. Tapi adakalanya madu itu tumpah, tak sampai ke mulutnya. Kali yang lain, ia berhasil menjilati dan meminum madu itu dengan nikmat. Sampai-sampai ia lupa bahwa di bibir sumur singa buas tengah mengaum, menunggunya. Dan di bawah sana, moncong ular juga siap melumatnya. Ia baru ingat, ketika singa itu mengaum keras.

“Aaauuuuummmmmmm,” sungguh-sungguh mengerikan.

Ahmad terkejut dan terbangun dari mimpinya. Tubuhnya berkeringat karena takut. Ia menyeka keringat dengan selimutnya. Mimpi itu benar-benar mengganggunya.

Esok harinya, ia menemui seorang ulama yang dipandangnya mampu menafsirkan mimpinya.

“Ketahuilah Ahmad, mimpimu itu sejatinya gambaran tentang hidup manusia di dunia,” kata ulama itu.

“Bagaimana penjelasannya, wahai Syeikh?” tanya Ahmad.

_

‘Singa itu adalah lambang dari Malaikat Maut. Ular itu adalah liang kuburmu. Kemudian tali yang kau bergantung di sana itu adalah hidupmu. Tikus itu adalah siang dan malam yang menggeret umurmu meniti tali. Dan madu itu adalah nikmati dunia. Kadang berhasil kau dapatkan, kadang tidak. Jumlahnya pun tidak banyak. Tapi kadang cukup melalaikanmu dari auman singan dan moncong ular.’

Kata ulama itu panjang lebar. Ahmad mengangguk-angguk tanda mengerti.

Hikmah :

Hidup kita di dunia ini sejatinya hanyalah meniti tali antara moncong singa dan moncong ular. Kita sedang beranjak menuju pertanggungjawaban yang mahadahsyat dan mengerikan. Karena itu jangan sampai kenikmatan dunia yang tidak seberapa ini melenakan kita dari persiapan menghadapi moncong singa dan moncong ular itu , yakni kematian dan liang kubur kita.

Shopping Cart